Langsung ke konten utama

Kuliah, begini ya?

        Seperti anak-anak remaja yang sedang mengalami proses pertumbuhan pada umumnya, gue juga sama. Gue cenderung mudah bosan dengan lingkungan yang gue lalui sekarang. Anak SD pengin buru-buru SMP, anak SMP pengin cepat-cepat masuk SMA, udah SMA ngebet banget jadi mahasiswa. Ternyata, nggak semudah kelihatannya. 

Gue punya perasaan yang sama ketika melihat orang yang telah ada di atas kita. Oh, gue harus seperti itu juga. Tapi benar, setiap orang punya porsinya masing-masing. Nggak bisa dipukul rata orang-orang harus bisa melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan dengan cara yang sama. In other word, everyone have their own way.

Gue pikir mudah untuk belajar di kuliah. Kerjaannya cuma baca buku, dengerin dosen menjelaskan materi, kerja kelompok, dan nyusun laporan. Tapi kuliah nggak sekadar seperti itu. Gue benar-benar didesak untuk menjadi orang dewasa- dengan problem solving yang tidak biasa. Nggak ada yang namanya waktu santai saat kuliah. Gue pikir, "Time is money," is just about a quote. Tapi nggak gitu cara mainnya. Lebih dari sekadar quote, waktu memang sangat berharga. Barang sedetik lo missed something, lo bakal susah ngejarnya. That's what yang gue tangkep, ya. Balik lagi, setiap orang punya persepsi and also frekuensi yang berbeda dalam menilai dunia. 

        Waktu SMA dulu, gue pernah bilang sama diri gue sendiri. Semacam janji, tapi bukan komitmen juga. Kalau kuliah nanti, gue nggak bakal ikut kepanitiaan, gue nggak bakal gabung organisasi! Kenapa? G-gue punya pengalaman yang cukup.. tidak mengasyikkan, dalam organisasi. Waktu SMP dan SMA dulu, gue sempat gabung ekstrakurikuler yang ternyata gue nggak bisa komitmen di sana. Gue selalu jadi anggota pasif, yang mereka bilang cuma numpang nama. Well, gue nggak bisa menyanggah karena gue setuju kalau gue memang nggak kerja. 

Nggak ada yang bisa disalahkan dalam kondisi seperti itu. Mereka nggak mungkin terus nungguin gue yang 'selalu' ketinggalan. Mereka juga pengin maju, tapi gue menghambat semuanya. Dan pada akhirnya, gue menyalahkan diri sendiri. Oh, salah gue. Gue nggak pantas bergabung dengan mereka, gue nggak punya cukup pengetahuan, mental, dan andalan. Gue nggak sekompeten orang-orang yang lain. Gue buruk dalam manajemen waktu, komunikasi, juga kerjasama tim. Intinya, gue cuma batu, penghalang, dan yang bikin kagok mereka doang. Gue mengerti, tapi gue nggak bisa melakukan apa-apa.

Gue ingin berubah? Tentu. Tapi gue rasa, segala upaya perubahan yang gue lakukan tidak menghasilkan apa-apa. Gue tetap sama, gue tetap batu, gue tetap stuck di titik yang kemarin. 

        Kekurangan gue banyak banget, ya? Itu belum seberapa. Biar gue kasih tahu satu poin yang terakhir, gue mudah terprovokasi. Kala itu gue semacam melanggar komitmen. Alasannya, gue takut kesepian. Gue takut nggak punya teman. Makanya, gue ikut pelatihan. Dan output-nya, gue masuk organisasi juga. Hadeh.

Gue banyak mengeluh tentang organisasi. Mungkin gue yang memang kurang mampu menyeimbangi antara organisasi dan akademik. Gue juga punya banyak distraksi yang membuat fokus gue pecah. Gimana, ya? Gue susah jelasinnya, tapi bahkan hingga detik ini, gue sedang dalam proses membangun benteng pertahanan.

Kuliah, begini ya? Nggak kayak di FTV, drama Korea, atau bahkan fiksi remaja. Hahaha, makan tuh mahasiswa! Life is all about survive, gue udah ambil keputusan dan gue tahu konsekuensinya. Yaudah, sekarang, bertahan aja yuk. Papi gue pernah bilang, "Who wins the future, wins the game."

Yuk, bisa yuk!

Komentar